Prof. K.H. YUDIAN WAHYUDI, Ph.D CENDEKIAWAN MUSLIM KELAS DUNIA: Komparasi dengan Ahmad Khan, Yusuf Al-Qaradhawi, Ali Shari’ati dan Nashr Hamid Abu Zayd

Tak Berkategori

Orang lebih suka membandingkan daripada dibandingkan. Ketika membandingkan, ia terlihat asyik menikmati, bahkan mungkin lupa bahwa ia telah memasuki ruang-ruang sensitif orang lain. Namun begitu dibandingkan, ia “mencak-mencak” tidak terima, padahal tidak ada orang hebat tanpa dibandingkan. Pemikiran Islam Indonesia sering dianggap “under dog” pemikiran Islam Timur Tengah. Memang benar, tetapi itu dulu:  ketika “wong pondokan” belum menjadi “wong sekolahan”. Namun situasinya kini berubah setelah  “wong pondokan” melampaui “wong sekolahan”, bahkan melampaui “wong londonan” (Western educated scholars). Tesis itulah yang coba dibuktikan oleh penulis-penulis buku Prof. K.H. YUDIAN WAHYUDI, [B.A., B.A., Drs., M.A.], Ph.D CENDEKIAWAN MUSLIM KELAS DUNIA: Komparasi dengan Ahmad Khan, Yusuf Al-Qaradhawi, Ali Shari’ati dan Nasr Hamid Abu Zaid. Apa keunggulan-keunggulan Yudian dibandingkan Khan (India), Al-Qaradhawi (Mesir), Shari’ati (Iran), maupun Nasr Abu Zaid (Mesir)?

Mengapa Yudian? Sebab, Yudian adalah “wong sekolahan plus”: kuliah rangkap di IAIN Sunan Kalijaga dan di Universitas Gadjah Mada, setelah dari pesantren. Bahkan, ketika masih di  Barat sudah menjadi “orientalis plus”: McGill+Harvard+anggota American Association of University Professors; terbit di kelas dunia seperti di Oxford (1998) dan The Muslim World (2003); dan presentasi di konferensi internasional di lima benua (1997-2002). Lebih unik lagi, sepulang dari Barat, Yudian mendirikan pesantren (Nawesea/North America, Western Europe and Southeast, 2006) bahkan tarekat (Sunan Anbia, tarekat eksistensialis positivis kontemporer, 2015) dan Mendirikan Yudian W. Asmin Fellowship/Beasiswa Yudian W. Asmin (2011). Menjabat Dekan Fakultas Syariah dan Hukum (2007-2011) kemudian Rektor UIN Sunan Kalijaga (2020); Kepala BPIP RI dua periode (2020-2027). Bahkan, menjadi President of Asian Islamic Universities Association dua periode (2017-2021). Itu pun Yudian polyglot: bisa 9 (sembilan) bahasa.

Selamat Membaca!

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *